30 April 2014

Sumpah Mahasiswa -ospek kampus Stimik Stikom Balikpapan periode (2012-2013)

JAN29

Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni !!!  Jayaa...
Marhaen !!! Menang...
ini aksi Bung Adyt dalam pembacaan sumpah mahasiswa pada ospek tahun 2012-2013 di kampus Stmik Stikom Balikpapan 

Ratusan Mahasiswa sangat antusias serentak dengan lantang mengucap sumpah mahasiswa !!! Merdeka,....


continue reading

Atribut GmnI

JAN29

Sebagai organisasi, GMNI dalam eksistensinya mesti memiliki Atribut yang sifatnya fungsional, sebagai :
- Sarana Pembangkit semangat, sekaligus sebagai simbol fundamental pergerakan melawan Kapitalisme-Liberalisme-Imperialisme Pasar
- Sarana yang memberikan indentitas khusus dalam pergerakan.
Atribut GMNI terdiri dari:
1. Panji/bendera GMNI
2. Lambang/Simbol GMNI
3. Jaket GMNI
4. Peci GMNI
5. Mars GMNI
6. Hymne GMNI

PENJELASAN :
1. Panji/bendera GMNI



Panji/Bendera GMNI berbentuk empat persegi, dengan komposisi warna MERAH - PUTIH - MERAH, tegak vertikal, perbandingan tiap warna masing-masing 1/3 (satu per tiga) dari panjang Panji/Bendera.
Lebar Bendera 2/3 (dua per tiga) dari ukuran Panjang. Pada dasar Putih, terdapat lukisan lambang GMNI (Bintang Merah beserta Kepala Banteng Hitam), serta dibawah bintang tertulis logo GMNI.

2. Lambang/Simbol GMNI


Lambang GMNI berbentuk Perisai bersudut enam, atau tiga sudut diatas, dan tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang Merah mengapit bidang Putih, tegak vertikal. Di tengah perisai terdapat lukisan Bintang Merah dengan Kepala Banteng Hitam sebagai pusat. Dibawah Bintang terdapat logo GMNI.
Makna yang terkandung :
-Tiga Sudut atas Perisai melambangkan Marhaenisme
-Tiga Sudut bawah Perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan Tinggi
-Warna Merah berarti Berani, warna Putih berarti suci. Makna komposisi : Keberanian dalam menegakkan Kesucian.
-Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi.
-Kepala Banteng melambangkan Potensi rakyat Marhaen. Warna Hitam melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas perjuangan.

3. Logo GMNI
Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf "G", "M", "N", "I" dengan komposisi sebagai berikut:
-Huruf "G" yaitu kependekan dari kata "GERAKAN" ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar)
-Huruf "M" yaitu kependekan dari kata "MAHASISWA" ditulis dalam huruf kecil.
-Huruf "N" yaitu kependekan dari kata "NASIONAL" ditulis dalam huruf kecil.
-Huruf "I" yaitu kependekan dari kata "INDONESIA" ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar)
Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan INDONESIA merupakan elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh organisasi GMNI, sementara aspek MAHASISWA dan NASIONAL hanya menunjukkan predikat yang mempertegas keberadaan organisasi GMNI.

4. Jaket GMNI
Jaket GMNI berwarna MERAH DARAH, dengan model "Sukarno Look". Pada kantong kiri depan terpasang Lambang GMNI, dan diatas kantong kanan depan terpasang identitas lokasi. Kelengkapan lainnya seperti tanda jabatan, dan lain-lain dipasang sesuai ketentuan organisasi.

5. Peci GMNI
Peci GMNI berwarna HITAM dengan Strip merah di tengahnya, tutup atas juga berwarna merah, pada bagian depan sebelah kiri dipasang lencana (pin) GMNI.

6. Lagu Kebesaran GMNI

Hymne GMNI
(modifikasi dari lagu "Marhaen Menang")

Mahasiswa Indonesia
Bersatulah Segera
Di dalam satu barisan
anti kemiskinan
dalam satu barisan
serasa sama bahagia
Berjuang secara dinamis
di dalam Front Marhaenis

Reff.
Bersama buruh tani, bersama GMNI
Abdi rakyat sejati
Bersatulah segera
Mahasiswa Indonesia

Mars GMNI
(lagu dan lirik : Eros Djarot)

Kami pemuda Indonesia, putra-putri sang fajar
Merah warna darahku, putih warna tulangku
bersih jernih jiwa kita

Kami mahasiswa Indonesia, cinta rakyat merdeka
siap rela berkorban sepenuh jiwa raga
demi nusa dan bangsa

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
Pejuang Pemikir yang tetap setia
Mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya
GMNI.., GMNI.., Jaya...!

Ikrar Prasetya GMNI

Kami, Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, adalah Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang Indonesia dan berdasarkan pengakuan ini, kami mengakui bahwa :
-Kami adalah makhluk ciptaan Tuhan dan bersumber serta bertakwa kepada-Nya.
-Kami adalah Warga Negara Republik Indonesia, yang bersendikan Pancasila dan setia kepada cita-cita Revolusi, 17 Agustus 1945.
-Kami adalah Pejuang Indonesia, yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, lahir dari rakyat yang berjuang dan senantiasa siap sedia berjuang, untuk dan bersama rakyat, membangun masyarakat Pancasila.
-Kami adalah Patriot Indonesia, yang percaya kepada kekuatan diri sendiri, berjiwa optimis dan dinamis dalam perjuangan, senantiasa bertindak setia kepada sesama kawan seperjuangan.
-Kami adalah Mahasiswa Indonesia, penuh kesungguhan menuntut ilmu dan pengetahuan setinggi-tingginya, untuk diabdikan kepada kepentingan rakyat dan kesejahteraan manusia.
Berdasarkan pengakuan-pengakuan ini, demi kehormatan, Kami berjanji, bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban, mengamalkan semua pengakuan ini, dalam karya hidup kami sehari-hari.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niat dan tekad kami.

continue reading

Sejarah Tentang GmnI

JAN29

 

Sejarah Singkat GmnI

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan azas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah:
  • Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta
  • Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya
  • Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta
Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa tersebut mulai muncul, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.
Dalam rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk melakukan fusi terhadap ketiga organisasi yang se-azas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat respon positif.
Sebagai tindak lanjut, maka dilakukanlah beberapa pertemuan antara ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut, hingga tercapailah kesepakatan pada pertemuan berikut yang dilakukan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Bapak. Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai beberapa kesepakatan antara lain: ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi wadah (organisasi) bersama hasil peleburan tiga organisasi, berazaskan Marhaenisme Ajaran Bung Karno sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya.
Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), Dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo, 2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo)
KONGRES I
Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI. Hasil daripada Kongres I adalah pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi. Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai Ketua Umum.
KONGRES II
Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan hasil sebagai berikut:
Konsolidasi internal organisasi, meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-cabang baru di seluruh wilayah NKRI sebagai Ketua Umum DPP GMNI tetap M. Hadiprabowo.
KONGRES III
Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan hasil sebagai berikut:
Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-wilayah lain. Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten / Kota yang ada perguruan tingginya. Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi Presidium. Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo.
Konferensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung Karno memberikan pidato sambutan dengan judul “Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa !”. Diteguhkannya kembali Marhaenisme sebagai asas perjuangan organisasi.

KONGRES IV
Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya:
Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan. Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (sekjen), John Lumingkewas, Waluyo, Sutamto Digjosupato, Lusian Pahala Hutagaul, dll.
Pada Konferensi Besar di Jakarta 1963, Bung Karno memberikan amanat yang pada intinya meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya. Selanjutnya Konferensi Besar di Pontianak 1965 Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum Konferensi Besar, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi bagi pengabdian masyarakat.

KONGRES V
Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam Kongres akibat infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya: mengesahkan kepemimpinan nasional GMNI berupa DPP dengan Ketua Umum Soeryadi dan Sekjen Budi Hardjono.

KONGRES VI
Dilaksanakan tahun 1976 di Ragunan Jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil Kongres ini adalah:
  • Penyatuan faksi-faksi yang ada di GMNI
  • Rekonsiliasi dengan powersharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional
  • Pernyataan independensi GMNI
Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut: Sudaryanto, Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM, Semedi.

KONGRES VII
Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah:
  • Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal
  • Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah
  • Penegasan independensi GMNI
  • Pengurus Presidium: Sutoro SB (Sekjen), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim, Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo.
KONGRES VIII
Berlangsung tahun 1983 di Lembang, Bandung dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Amir Sutoko (Sekjen), Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.

KONGRES IX
Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekjen), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agus Edi Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.

KONGRES X
Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekjen), Agus Edi Santoso, Hendro S. Yahman, Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.

KONGRES XI
Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut:
Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungsional.
Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekjen), Idham Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto, Firmansyah.

KONGRES XII
Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah:
Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul “Sosialis Religius”,“Nasionalis Religius”, dan “Progresive Revolusioner”. Menolak calon tunggal presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI.
Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda (Ketua), A. Baskara (Sekjen), Agus Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin.

KONGRES XIII
Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang tahun 2001.
Presidium hasil Kongres Kupang adalah: Bambang Romada (Ketua), Viktus Murin (Sekjen), Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori Yapani.
Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah sebagai berikut: Sony T. Danaparamita (Sekjen), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bambang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV
Kepengurusan hasil Kongres Kupang meneruskan Kongres XIV di Manado dengan hasil kepengurusan Presidium sebagai berikut: Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekjen), Achmad Suhawi, Marchelino Paliama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata, Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray.
Sementara itu kepengurusan hasil KLB Semarang meneruskan Kongres XIV di Medan, dengan hasil kepengurusan sebagai berikut: Sonny T. Danaparamita (Sekjen), Andri, Dwi Putro Ariswibowo, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasih Tua Purba, Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN)
Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan penyatuan dualisme kepengurusan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai berikut:
  • Penetapan AD/ART baru GMNI
  • Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI
  • Hasil kepengurusan Presidium periode 2006-2008 adalah Deddy Rachmadi (Ketua), Rendra Falentino Simbolon (Sekretaris Jenderal)
Komite-Komite: Dihot Simarmata, Eko Sigit, Inyoman Sukataya, Sapto, Hermanus Tadon, Iwan Moniaga, Bobby Tobing, Ekber L. Watubun, Sri Utami, Syarizal Yusri, Kalamudin, Hari Nazarudin, Imam Yahya, Deysi Marisit, Taufik Ramadhan, Hairul Mumin, Refli Prima.

KONGRES XVI
Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah: Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo Sumarsono, Penegasan sikap politik sebagai berikut:
  • Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli
  • Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria
  • Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun
  • Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU Penanaman Modal
  • Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945
Kepengurusan Presidium periode 2008-2011: Rendra Falentino Simbolon (Ketua), Cokro Wibowo Sumarsono (Sekretaris jenderal). Komite-Komite: Ekber L. Watubun (Komite Organisasi), Tengku Ruly Fachrialsyah (Komite Politik), Robby Sirait (Komite Litbang), Rizky Alfarisi Siregar (Komite Kaderisasi), Bambang Wijaksono (Komite hubungan Luar), Husnul Hidayat (Komite Agiprop), Muhamad (Komite Advokasi), Heny Lestari (Komite Sarinah), Taufik Ramadhan (Komite Pengorganisasian lintas Sektoral), Musriat Hidayat (Komite Pengorganisasian Sumberdaya Pendukung Gerakan), Sugeng Tri Handoko (Komite Pengorganisasian Pelajar dan Mahasiswa).

KONGRES XVII
Kongres XVII dilaksanakan pada tanggal 21 – 28 Maret 2011 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kongres tersebut dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andy Malaranggeng dan dihadiri oleh PPPA GMNI dan beberapa tokoh nasional untuk memberikan sambutan dan ceramah bagi peserta Kongres XVII, diantaranya: Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum (Gubernur Jatim), Drs. Awang Farouk (Gubernur Kaltim), Drs Achmad Basarah (DPR RI), Walikota Balikpapan, Staf Kementrian Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Surya Paloh dll.
Proses dialektika dan dinamika dalam forum Kongres XVII sangatlah demokratis, sehingga menegaskan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melakukan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, diantaranya penyeragaman sistem administrasi organisasi secara struktural, penyempurnaan silabus kaderisasi dan pembentukan cabang-cabang baru secara nasional.
Kepengurusan Presidium hasil Kongres XVII adalah sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Syaiful Anam (Sekjend/Pamekasan), Wilhelmus W Hadir (Ende), Markus L Wantania (Manado), Heri Bernad (Purwokerto), Elvis Z Watubun (Ambon), Edy Wijaya (Medan), Hariyadi (Bogor), Iman Munandar (Pekanbaru), Fereddy (Balikpapan), Faradian Ardiani (Malang Raya), Aren Frima (Lubuk Linggau), dan Asef Saefullah (Cirebon).

KONGRES XVIII
Kongres XVIII dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 Juni 2013 di kota Blitar Provinsi Jawa Timur. Kongres XVIII dibuka oleh Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP PA GMNI, Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum.
Kongres XVIII merupakan kongres yang penyelengaraannya sangat berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya. Dalam kongres ini, seluruh elemen masyarakat Blitar dilibatkan mulai dari akomodasi hingga keamanan untuk memastikan keseluruhan rangkaian acara dapat berjalan sesuai rencana. Para peserta kongres menginap di rumah warga, sementara itu kegiatan kongres berlangsung di area Istana Gebang Kota Blitar. Oleh karenanya, Kongres XVIII GMNI di Blitar disebut sebagai Kongres Kerakyatan.
Kongres XVIII berlangsung demokratis dan dinamis yang menghasilkan beberapa keputusan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kongres mengamanatkan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melanjutkan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, penetapan silabus kaderisasi, penetapan Garis-Garis Besar Pokok Perjuangan GMNI, pembentukan cabang-cabang baru, dan penetapan sikap politik GMNI.
Blitar, Bumi Bung Karno mengilhami lahirnya kepemimpinan Presidium hasil Kongres XVIII sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Manik Suryandaru (Semarang), Ibnu Abdillah (Cirebon), Eva Manurung (Siantar), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), M. Farid (Bekasi), Galih Andreanto (Sumedang). Badan-Badan : Pius Agustinus Bria (Kupang), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto).
Seiring perjalanan waktu, dalam rangka mensinergikan kerja-kerja organisasi, terjadi perubahan komposisi kepengurusan Presidium menjadi sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Ibnu Abdillah (Cirebon), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), Pius Agustinus Bria (Kupang), Muhammad Derajad (Pasuruan), Hari Suhud (Garut), Amilan Hatta (Sumbawa). Badan-Badan: Pius Agustinus Bria (Kupang/rangkap), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto), Muhammad Derajad (Pasuruan/rangkap).

continue reading

Download lagu-lagu Gmni dan lagu-lagu Wajib

JAN29

Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni!!! Jayaa...
Marhaen!!! Menang...

kawan-kawan perjuangan se-bangsa dan se-tanah air pejuang pemikir - pejuang pemikir silahkan download sesuka hati lagu-lagu postingan kami :)

Totalitas Perjuangan

Soekarnoisme- Mars Gmni I

Darah Juang

Hidup Buruh

Indonesia ya :)

Buruh Tani

Indonesia Mengadu 

widji thukul-apaguna

maaf ya kawan-kawan sementara ini dulu nanti akan di update lagi :)

Baca juga : https://www.duniacrypto.online/

continue reading

29 April 2014

Aku Melihat Indonesia - Bung Karno

JAN29





Aku Melihat Indonesia
Djikalau aku melihat gunung gunung membiru
Aku melihat wadjah Indonesia
Djikalau aku mendengar lautan membanting di pantai bergelora
Aku mendengar suara Indonesia
Djikalau aku melihat awan putih berarak di angkasa
Aku melihat keindahan Indonesia
Djikalau aku mendengarkan burung perkutut dipepuhunan
Aku mendengarkan suara Indonesia

Djikalau aku melihat matanja rakjat Indonesia di pinggir djalan
Apalagi sinar matanja anak anak ketjil Indonesia
Aku sebenarnja melihat wadjah Indonesia

continue reading

Puisi GUS MUS " AKU HARUS BAGAIMANA "

JAN29

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir


Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-

continue reading

BUKU SUKARNO : Penjambung Lidah Rakjat

JAN29


Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni !!!  Jayaa...
Marhaen !!! Menang...

Buku ini pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat tahun 1965 oleh penerbit The Boobs – Merril Company Inc. dengan judul Sukarno: An Autobiography As Told To Cindy Adams yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit PT Gunung Agung dan terbit di Indonesia tahun 1966.
Buku yang ditulis oleh seorang jurnalis dari Amerika, Cindy Adams ini menceritakan kisah hidup Bung Karno sejak ia masih kanak – kanak hingga menjadi seorang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia dan dituturkan sendiri dengan sudut pandang orang pertama, yaitu oleh Presiden Sukarno. Karena buku setebal 470 halaman dengan 33 bab ini adalah hasil penuturan Bung Karno sendiri. Saat penulisan buku ini dalam rentang waktu tahun 1964–1965, Bung Karno memberi kebebasan bagi Cindy Adams sang penulis untuk melakukan wawancara dengan orang – orang dekat Bung Karno demi memberi perspektif yang nyata.
Selamat membaca Buku BUNG KARNO – PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA melalui link berikut:

Download Buku Bung Karno : Penjambung Lidah Rakjat  Indonesia

continue reading

Buku DBR jilid 1

JAN29


Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni !!!  Jayaa...
Marhaen !!! Menang...


Buku Dibawah Bendera Revolusi (DBR) Jilid I menghimpun tulisan-tulisan Bung Karno dalam masa revolusi menuju Indonesia merdeka. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari Bapak Pendiri Indonesia. Buku yang sempat ditarik dan dibakar di masa rezim Orde Baru ini seharusnya dijadikan buku wajib untuk para generasi muda dalam memperjuangkan cita-cita dan tujuan Indonesia merdeka sebagaimana yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.
Daftar tulisan Bung Karno di dalam buku Dibawah Bendera Revolusi Jilid I adalah sebagai berikut:
· Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme
· Di manakah Tinjumu
· Naar het bruine front!
· Sampai Ketemu Lagi
· Dubbele les?
· Jerit Kegemparan
· Berhubung dengan Tulisannya Ir. A. Baars
· Pemandangan dan Pengajaran
· Indonesianisme dan Pan – Asiatisme
· Melihat ke muka
· Menyambut Kongres PPPKI
· Mohammad Hatta – Stokvis
· Kongres Kaum Ibu
· Ke arah Persatuan
· Keadaan di Penjara Sukamiskin, Bandung
· Surat Ir. Soekarno dari Sukamiskin kepada Mr. Sartono
· Swadeshi dan Massa Aksi di Indonesia
· Catatan atas Pergerakan “lijdelijk verzet”
· Maklumat dari Bung Karno kepada Kaum Marhaen Indonesia
· Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi
· Orang Indonesia Cukup Nafkahnya Sebenggol Sehari?
· Kapitalisme Bangsa Sendiri?
· Sekali Lagi tentang Sosio-nasionalisme dan Sosio-demokrasi
· Non – cooperation Tidak Bisa Mendatangkan Massa-Aksi dan Machtsvorming?
· Boleh Ber – wanhoopstheorie atau Tidak Boleh Ber – wanhoopstheorie
· Jawab Saya pada Saudara Mohammad Hatta
· Sekali Lagi: Bukan “Jangan Banyak Bicara, Bekerjalah”, tetapi “Banyak Bicara, Banyak Bekerja!”
· Memperingati 50 Tahun Wafatnya Karl Marx
· Reform-Aktie dan Doels-Aktie
· Bolehkah Serekat Sekerja Berpolitik?
· Impor dari Jepang, Suatu Rakhmad Bagi Marhaen?
· Marhaen dan Marhaeni
· Azas; Azas Perjuangan; Taktik
· Marhaen dan Proletar
· Mencapai Indonesia Merdeka
· Surat-surat Islam dari Ende
· Tidak Percaya, bahwa Mirza Gulam Ahmad adalah Nabi
· Tabir adalah Lambang Perbudakan
· Minta Hukum yang Pasti dalam soal “tabir”
· Kuasanya Kerongkongan
· Bukan Perang Ideologi
· Me-”muda”-kan Pengertian Islam
· Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara?
· Saya Kurang Dinamis?
· Indonesia Versus Fasisme
· Der Untergang der Abendlandes
· Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal-Udara
· Islam Sontoloyo
· Bloedtranfusie dan Sebagian Kaum Ulama
· Menjadi Pembantu ”Pemandangan”
· Jerman Versus Rusia, Rusia Versus Jerman
· Batu Ujian Sejarah
· Sekali Lagi: Bloedtranfusie
Beberapa Tambahan:
· Beratnya Perjuangan Melawan Fasisme
· Inggeris akan Memerdekakan India?
· India Merdeka, Dapatkah ia Menangkis Serangan?
· Demokrasi Politik dengan Demokrasi Ekonomi = Demokrasi Sosial
· Fasisme adalah Politiknya dan Sepak-terjangnya Kapitalisme yang Menurun
· Jingis Khan, Maha Imperialis Asia
· Menjadi Guru di Masa Kebangunan
Selamat membaca Buku Dibawah Bendera Revolusi (DBR) Jilid I karya Bung Karno melalui link berikut:

download DBR jilid 1 :  .

continue reading

Sejarah Kemerdekaan : Perang - perang besar di masa perjuangan kemerdekaan RI.

JAN29

Untuk memperoleh sebuah kemerdekaan, Bangsa ini memperolehnya tidak gratis, sejarah panjang harus dilalui para pejuang kemerdekaan tanpa kenal lelah dan perjalanan panjang dilalui dengan pengorbanan nyawa dan darahnya untuk mendapatkan dan merebut kemerdekaan demi kedaulatan sebagai sebuah bangsa dan negara, yaitu bangsa indonesia. 350 th dijajah belanda sampai pendudukan Jepang, tidaklah mudah untuk dilupakan dan ditinggalkan oleh para vetran dan pejuang kemerdekaan, bangsa dan negara ini diperbudak belanda selama 7 turunan dan selama itu pula bangsa ini berjuang mengusir para komprador dan penjajah dari bumi pertiwi ini.

Namun, seringkali para pemimpin bangsa ini melupakan sejarah, sehingga sakit hati dan pengorbanan para pejuang bangsa dilupakan begitu saja, perjuangan menuntut permintaan "MAAF" dari belanda atas dosa-dosa mereka mandek dan mati suri. Kesejahteraan para pejuang kemerdekaan tidak pernah mendapatkan tempat bagi pemerintahan saat ini, para pemimpin sekarang sudah lupa diri. Yang ada sekarang bangsa ini dirampok habis-habisan oleh para pemimpin dan tokoh maling dan rampok berkedok wakil rakyat serta para koruptor yang berlindung di ketiak PEMERINTAH, untuk mengingatkan kembali perjuangan para leluhur kita maka kami menyajikan artikel perang-perang besar kemerdekaan.

PERTEMPURAN SURABAYA 10 NOVEMBER 1945 (SURABAYA)

Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10 November 1945 di kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran ini adalah perang pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia yang menjadi simbol nasional atas perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme. 
Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya, Mayor Jenderal Mansergh mengeluarkan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.
Ultimatum tersebut kemudian dianggap sebagai penghinaan bagi para pejuang dan rakyat yang telah membentuk banyak badan-badan perjuangan / milisi. Ultimatum tersebut ditolak oleh pihak Indonesia dengan alasan bahwa Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri, dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) juga telah dibentuk sebagai pasukan negara. Selain itu, banyak organisasi perjuangan bersenjata yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar yang menentang masuknya kembali pemerintahan Belanda yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia.Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan berskala besar, yang diawali dengan bom udara ke gedung-gedung pemerintahan Surabaya, dan kemudian mengerahkan sekitar 30.000 infanteri, sejumlah pesawat terbang, tank, dan kapal perang.
Berbagai bagian kota Surabaya dibombardir dan ditembak dengan meriam dari laut dan darat. Perlawanan pasukan dan milisi Indonesia kemudian berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk. Terlibatnya penduduk dalam pertempuran ini mengakibatkan ribuan penduduk sipil jatuh menjadi korban dalam serangan tersebut, baik meninggal mupun terluka.
Bung Tomo di Surabaya, salah satu pemimpin revolusioner Indonesia yang paling dihormati. Foto terkenal ini bagi banyak orang yang terlibat dalam Revolusi Nasional Indonesia mewakili jiwa perjuangan revolusi utama Indonesia saat itu. Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris. Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia hingga sekarang.

 
BANDUNG LAUTAN API (BANDUNG)
Ultimatum tentara sekutu pada tentara rakyat indonesia untuk meninggalkan kota bandung menyebabkan salah satu gerakan sangat spektakuler di histori perang indonesia ini. Sadar bahwa kemampuan senjata tidak lagi berimbang dan kekalahan telah tentu di depan mata, tri tidak rela bila sekutu memakai bandung menjadi pusat militer buat menginvasi lokasi yang lain. Menurut hasil musyawarah, sesuatu tindakan bumi hangus dipilih akan memastikan perihal ini tidak terjadi, walhasil 200. 000 penduduk bandung membakar tempat tinggal mereka mulai kurun waktu 7 jam dan berbarengan bergerak mengungsi ke lokasi selatan.
SERANGAN UMUM 1 MARET 1949 (YOGJAKARTA) 

Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto. Tujuan utama, menaklukkan pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan. Kurang lebih satu bulan setelah Agresi Militer Belanda II, yaitu Desember 1948, TNI mulai menyusun strategi melakukan serangan balik terhadap tentara Belanda. Serangan dimulai dengan memutuskan telepon, merusak jalan kereta api, menyerang konvoi Belanda, serta tindakan perebutan lainnya.

Belanda terpaksa memperbanyak pos-pos di sepanjang jalan-jalan besar yang menghubungkan kota-kota yang telah diduduki. Hal ini berarti kekuatan pasukan Belanda tersebar di pos-pos kecil di seluruh daerah. Ketika pasukan Belanda sudah terpencar-pencar, TNI melakukan serangan. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota Yogyakarta (ibu kota negara) pada tanggal 1 Maret 1949, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Soeharto. 

Monumen Serangan itu telah mendapat persetujuan dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepat pukul 6 pagi, serangan dimulai. Pos komando ditempatkan di desa Muto. Malam hari, menjelang serangan umum itu, pasukan telah merayap mendekati kota. Ada juga yang disusupkan ke dalam kota. Pagi hari sekitar pukul 06.00, sewaktu sirene dibunyikan, serangan segera dilancarkan ke segala penjuru kota. Dalam penyerangan ini Letkol Soeharto langsung memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro.

Wilayah barat dipimpin Ventje Sumual, Selatan dan Timur dipimpim Mayor Sardjono, Utara oleh Mayor Kusno. Di wilayah kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, pasukan TNI mengundurkan diri.
OPERASI TRIKORA (IRIAN BARAT)

Operasi Trikora atau disebut juga Operasi Pembebasan Papua adalah konflik terbuka Indonesia-Belanda untuk memperebutkan Papua Barat. Konflik itu berlangsung singkat, yakni dua tahun (tahun 1961-1963). Konflik ini terjadi 17 tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. Presiden Soekarno membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 2 Januari 1962, berkedudukan di Makassar dengan Panglima Komando Brigadir Jenderal Soeharto. Langkah pertama yang dilakukan adalah merealisasikan tuntuntan TRIKORA atau Tri Komando Rakyat. Operasi Trikora adalah sebuah operasi rahasia yang dijalankan untuk menyusupkan sukarelawan ke Papua bagian barat.

Presiden Soekarno telah memberikan instruksi kepada Angkatan bersenjata dan seluruh rakyat Indonesia untuk setiap waktu tetap menjalankan kewajiban membebaskan Irian Barat Tanah Air Indonesia dari belenggu kolonialisme Belanda, untuk melaksanakan Tri Komando Rakyat (Trikora)yang isinya sebagai berikut.

1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua bentukan Belanda Kolonial,
2. Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia,
3. Bersiaplah untuk memobilsasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
 
“Semoga Tuhan Yang Esa memberkati perjuangan kemerdekaan Indonesia,” demikian seruan Presiden Soekarno di Yogyakarta pada tanggal 19 Desember 1961, yang ditirukannya. 

Ia pun terus menambahkan bahwah langkah pertama dari Trikora adalah pada tanggal 2 Januari 1962, Presiden Soekarno menunjuk Mayjen Soeharto (Presiden RI ke-2) sebagai Panglima Mandala yang bermarkas di Makassar, Sulawesi Selatan, dengan mengerahkan kekuatan ABRI sebanyak 74.649 prajurit.

Pada tanggal 15 Januari 1962 Comodor Yos Soedarso dan Kapten Wiratno dengan menggunakan Kapal Perang Macam Tutul gugur dalam pertempuran di laut Arafura. Sedangkan Mayor TNI Benny Moerdani mampu merebut Papua diawali dari Merauke. Dan bapak Adam Malik (mantan wakil Presiden) berhasil melakukan loby-loby internasional di PBB. Akhirnya secara de facto pada tanggal 1 Mei 1963, wilayah Irian Barat/Papua masuk ke sebagain bagian integral Indonesia.
PERTEMPURAN LAUT ARU (MALUKU) 

Tidak diragukan lagi, perang laut sangat dramatis yang sempat terjadi di indonesia adalah pertempuran laut Aru yang adalah bagian dari operasi trikora. Tiga kapal perang tempur indonesia yang ditugaskan lakukan operasi penyusupan, RI matjan tutul, RI matjan kumbang, dan RI harimau, mesti berhadapan dengan sesuatu takdir buruk.

Operasi yang seharusnya berjalan rahasia ini nyatanya terendus oleh pihak otoritas belanda, mereka kirim dua kapal type destroyer dan pesawat tempur untuk menenggelamkan ketiga kapal perang indonesia. Tetapi, dengan heroiknya, RI matjan tutul mengambil keputusan untuk maju dan mengalihkan perhatian musuh, berikan peluang pada dua kapal yang lain untuk melarikan diri. Komodor yos sudarso wafat didalam pertempuran ini.
OPERASI DWIKORA (MALAYSIA)  

Kekhawatiran soekarno bahwa malaysia dan kalimantan utara akan jadi kaki tangan kolonial membuat operasi dwikora dikerahkan. Malaysia yang saat itu ada di bawah wewenang kekuasaan inggris diberikan peluang untuk lakukan referendum dan memutuskan nasibnya sendiri. Tetapi, masyarakat malaysia waktu itu justru awali menghasilkan sikap anti-indonesia dan meludahi tanah air kita, soekarno yang marah mengambil keputusan untuk berperang. Sebuah pidato populer, ganyang malaysia, juga diproklamasikan waktu itu. Perang agen rahasia, sabotase, dan militer terbuka dikerahkan, indonesia mesti melawan tiga negara sekalian : malaysia, inggris, dan australia.
PERANG  GERILYA SOEDIRMAN (JAWA TENGAH)
Tidak ada masyarakat indonesia yang tidak mengenal sosok kharismatik, jenderal soedirman. Kondisi kesehatan yang tidak mungkin untuk bergerak sendiri, seorang jenderal muda pada jaman perjuangan dengan usia 31 tahun, jenderal soedirman terus memimpin pergerakan dari atas tandu. Menyusuri bukit dan gunung-gunung di wilayah Wonogiri, masuk desa ke desa. Taktik utamanya yaitu dengan bergerilya, menyerang pasukan musuh, dan sesudah itu bersembunyi. Beliau adalah ahli perang yang mumpuni dan kerap berhasil menyerang pasukan belanda dan sekutu di titik-titik pertahanan yang berdampak signifikan. Sayangnya, beliau mesti kalah pada ketidakberdayaan melawan penyakit tuberkolosis yang makin kronis.
PERTEMPURAN AMBARAWA (SEMARANG)
Pertempuran Ambarawa berlangsung empat hari, dari 13-15 Desember 1945. Semangat juang pasukan TKR menjadi penentu kemenangan dalam melawan musuh.

Awal Pertempuran Perjuangan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang dipimpin Jenderal Soedirman pada pertengahan Desember 1945, membuat tentara sekutu terjepit dan akhirnya mundur dari Ambarawa menuju Semarang. Walaupun dihadang dengan seluruh kekuatan persenjataan modern serta kemampuan taktik dan strategi sekutu, para pejuang RI tak pernah gentar sedikitpun. Mereka melancarkan serangan dengan gigih seraya melakukan pengepungan ketat di semua penjuru kota Ambarawa. Dengan gerakan pengepungan rangkap ini sekutu benar-benar terkurung dan kewalahan.
 
Jenderal Soedirman sebagai pemimpin pasukan menegaskan perlunya mengusir tentara sekutu dan Ambarawa secepat mungkin. Sebab sekutu akan menjadikan Ambarawa sebagai basis kekuatan untuk merebut Jawa Tengah. Dengan semboyan “Rawe-rawe rantas malang-malang putung, patah tumbuh hilang berganti”, pasukan TKR memiliki tekad bulat membebaskan Ambarawa atau dengan pilihan lain gugur di pangkuan ibu pertiwi.

Serangan pembebasan Ambarawa yang berlangsung selama empat hari empat malam dilancarkan dengan penuh semangat pantang mundur. Dari tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, para pejuang tidak menghiraukan desingan-desingan peluru maut dan lawan. Letusan tembakan sebagai isyarat dimulainya serangan umum pembebasan Ambarawa, terdengar tepat pukul 04.30 WIB pada 12 Desember 1945. Pejuang yang telah bersiap-siap di seluruh penjuru Ambarawa mulai merayap mendekati sasaran yang telah ditentukan, dengan siasat penyerangan mendadak secara serentak di segala sektor. Seketika, dan segala penjuru Ambarawa penuh suara riuh desingan peluru, dentuman meriam, dan ledakan granat. Serangan dadakan tersebut diikuti serangan balasan musuh yang kalang kabut.

Sekitar pukul 16.00 WIB, TKR berhasil menguasai Jalan Raya Ambarawa Semarang, dan pengepungan musuh dalam kota Ambarawa berjalan dengan sempurna. Terjadilah pertempuran jarak dekat. Musuh mulai mundur pada 14 Desember 1945. Persediaan logistik maupun amunisi musuh sudah jauh berkurang.

Akhirnya, pasukan sekutu mundur dan Ambarawa sambil melancarkan aksi bumi hangus pada 15 Desember 1945, pukul 17.30 WIB. Pertempuran berakhir dengan kemenangan gemilang pada pihak TKR. Pasukan TKR berhasil merebut benteng pertahanan sekutu yang tangguh. Kemenangan pertempuran Ambarawa pada 15 Desember 1945. Keberhasilan Panglima Besar Jenderal Soedirman ini kemudian diabadikan dalam bentuk monumen Palagan Ambarawa. TNI AD memperingati tanggal tersebut setiap tahun sebagai Hari Infanteri.
PUPUTAN MARGARANA (BALI)

Puputan adalah tindakan sangat patriotik yang ada didalam sejarah indonesia. Puputan adalah kebiasaan masyarakat bali akan memberikan perlawanan terhadap siapa pun agresor yang berani menyentuh tanah air sehingga titik darah penghabisan. Tidak ada kata mundur, tidak ada kata menyerah. Salah satu perang puputan sangat dramatis adalah puputan margarana yang dipimpin oleh i gusti ngurah rai. Didalam usaha mempertahankan desa marga dari serangan nica, ngurah rai yang berhasil merampas senjata api dari tentara belanda berkomitmen buat mengobarkan perang perlawanan sehingga titik darah penghabisan. Tentara belanda yang pernah kewalahan dan kalah terpaksa menghendaki pertolongan bagi sebagian besar pasukannya di bali dengan mengirimkan pesawat pengebom dari makassar untuk membasmi perlawanan ini. 96 orang tewas, terhitung i gusti ngurah rai. dari pihak belanda ? lebih kurang 400 orang tewas.

Merenungi betapa bangsa ini dibangun dengan jiwa dan darah perjuangan maka sudah sepatutnya para generasi muda tidak mensia-siakan semua yang mereka korban bagi bangsa ini. Yuk , kita bangun bangsa ini dengan kegiatan kecil dan sederhana yaitu "Memperbaiki diri" baik itu ibadah maupun prilaku dan mari kita tularkan energy positif ke siapa saja untuk berterima kasih kepada leluhur bangsa ini dengan melakukan hal yang terbaik untuk bangsa ini.
SEMOGA ARTIKEL SEJARAH INI DAPAT MENGULANG DAN MENJADIKAN KITA UNTUK SADAR BETAPA BERATNYA PERJUANGAN YANG DI RAIH OLEH PARA PEJUANG KITA, YANG TERPENTING ADALAHA TIDAK LUPA TERHADAP SEJARAH DAN JATI DIRI BANGSA.

continue reading

Mahasiswa Berupaya Menduduki Jalan Protokol,Demo GMNI Berakhir RICUH !

JAN29



Balikpapan, (25/04/2014) - Aksi demonstrasi aktivis dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia di Kota Balikpapan berlangsung ricuh, setelah aparat berupaya membubarkan aksi tersebut. Demonstrasi yang digelar GMNI itu menyoal tentang pemadaman listrik yang kerap terjadi di Balikpapan.
Demonstrasi yang semula berjalan damai ini berujung ricuh, setelah puluhan aktivis dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia atau GMNI menduduki jalan Jenderal Sudirman yang merupakan jalan Protokol, depan taman Bekapai. Aksi pendudukan tersebut karena mahasiswa ingin masuk ke halaman gedung PLN, namun dijaga ketat aparat.
Tak ayal, puluhan mahasiswa yang kecewa langsung menuju jalan Protokol dan melakukan aksi duduk di tengah jalan dan menghambat arus lalu lintas. Aparat pun langsung berupaya membubarkan aksi mahasiswa sehingga kericuhan tidak bisa dihindarkan. Bahkan beberapa mahasiswa diduga mengalami pemukulan oleh beberapa aparat yang mengawal aksi demonstrasi.
Ketua DPC GMNI Balikpapan, Fajar Nugroho menerangkan “Tadi kita sudah melaksanakan tuntutan untuk ditanda tangani di atas materai, tapi pihak mereka tidak melaksanakan itu dengan alasan karena GMnya tidak ada di Balikpapan. Apabila tuntutan kami tetap tidak ditanggapi. Kami akan melaksanakan aksi yang lebih besar lagi, dengan massa yang lebih banyak juga.
Pihak PLN sendiri hingga saat ini belum berani menjamin sampai kapan pemadaman berlangsung. Pihak PLN mengaku mengalami defisit daya sampai 40 megawatt, meskipun PLTG Peaking saat ini sudah masuk sistem Mahakam, namun ternyata belum bisa memaksimalkan penambahan daya, karena beberapa kali uji coba pembangkit di PLTG Peaking malah terjadi gangguan.
Dalam aksi tersebut GMNI menuntut PLN segera mencari solusi konkret atas kerapnya pemadaman listrik yang terjadi di Balikpapan. Tidak hanya itu, GMNI juga menuntut pertanggungjawaban PLN atas kerugian yang menimpa masyarakat, akibat pemadaman listrik.
Aksi mahasiswa terhadap PLN ini merupakan yang kesekian kalinya digelar. Pasalnya beberapa bulan belakangan kerap sekali terjadi pemadaman listrik di kota Balikpapan. Bahkan tidak jarang, pemadaman berlangsung cukup lama hingga berjam-jam.(bung Hendra).

continue reading

Pernyataan Ida Prahastuty Dibantah GMNI,Pengangguran Terjadi karena Pembangunan Tidak Merata

JAN29



 
Senin, 19 Agustus 2013 , 08:51:00
 
BALIKPAPAN-Pernyataan Ketua Komisi IV DPRD Balikpapn, Ida Prahastuty S Sos yang menyebutkan, pengangguran adalah beban pemerintah kota menunai tanggan serius dari Ketua DCP GMNI Balikpapan Adhitiyo Yudho Abadi. Ia menilai, seharusnya sebagai wakil rakyat tidak perlu berstatemen seperti itu.
“Setelah membaca berita media cetak hari ini tentang pemberitaan yang membahas tentang urbanisasi, saya sedikit agak kecewa dengan statemen Ibu Ida Prahastuty S Sos (Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan) yang mengatakan pengangguran jadi beban pemerintah kota. Bagi saya, seharusnya sebagai wakil rakyat yang sudah pastinya refresentasi dari masyarakat tidak perlu berstatemen seperti itu.
Ada beberpa hal yang menjadi penilaian saya sendiri terlepas saya sangat mengapresiasi pola pemerintah Kota Balikpapan dalam sistem managemen kependudukan dalam rangka mengkontrol kepadatan penduduk, mengkontrol kondusifitas kota, mengkontrol kemacetan, dan mengkontrol tingkat ekonomi kota,’ tutur Adhitiyo Yudho Abadi, yang juga sekretaris PK KNPI Balikpapan Tengah ini.
Menurut Adhi, sapaan akrapnya Adhitiyo Yudho Abadi, pengangguran itu harusnya menjadi cerminan negara, karena hal ini negara belum mampu menyediakan lapangan perkejaan bagi masyarakat. Ditambah lagi dengan tidak meratanya pembangunan di daerah di Indonesia juga menjadi salah satu hal yang membuat urbanisasi itu lahir. Padahal, tugas negara sesuai amanah UUD 1945 yaitu negara wajib mensejahterakan kehidupan bangsa.
“Mengembalikan semangat untuk bertani saya pikir bisa menjadi salah satu solusi untuk polemik ini, dengan catatan negara menjamin harga pupuk, harga alat produksi pertanian yang murah dan kepastian harga hasil panen yang menjajikan agar keinginan masyarakat desa untuk datang ke kota dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya bisa berkurang.
Selain untuk menekan urbanisasi hal itu ini bisa menjadi salah satu alternatif kita mengurangi upaya negara dalam mengimpor beras,” paparnya. “Perlu adanya komunikasi antar pemimpin daerah dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, bisa saja antar pemimpin daerah memfasilitasi warganya bisa bekerja di daerah lain di sekitar kota tersebut.
Contohnya, pemerintah kota (Pemkot) Balikpapan membangun komunikasi dengan pemerintah kabupaten (Pemkab) PPU menyediakan lapangan perkejaan di sektor pertanian memandang potensi daerah PPU di sektor pertanian masih terbuka, Pemkot Balikpapan dengan Pemkab PPU di sektor perkebunan atau yang lainnya,” bebernya lagi. Ia menilai, otonomi daerah (Otoda) memiliki efek negatif selaku kekuasaan daerah.
“Benar Otoda sebagai hak kuasa daerah mengelola daerahnya sendiri lebih mandiri, namun akhirnya bukan semangat kebangsaan yang lahir dalam hal ini namun semangat sektoral kedaerahan yang muncul. Bukan bagaimana mensejahterakan rakyat Indoesia lagi, tapi Pemkot Balikpapan harus berpikir tentang mensejahterakan masyarakat Balikpapan dan Pemkot Samarinda berpikir tentang mensejahteraakan masyarakat Samarinda dan begitu seterusnya, hingga yang lahir adalah statemen dari Ketua Komisi IV DPRD Balikpapn itu, bahwa pengangguran menjadi beban pemerintah kota.
Efek negatif dari Otoda ini sudah seperti hukum rimba, daerah yang tidak memilik SDA di sektor mineral dan batu bara (minerba) akan jauh tertinggal, karena mainstream yang dibangun lebih besar sektor pertambangan dibandingkan dengan sektor pertanian atau sektor laut,” urainya. Adhit menjelaskan, efek negatif yang ditimbulkan ini harus dikurangi seminim mungkin dengan komunikasi yang baik antarpemerintah daerah, dengan DPRD sebagai sosial kontrol di dalamnya karena DPRD adalah representasi dari rakyat.
“Negara bukan perusahaan dan rakyat bukan babu yang ketika polemik masalah lapangan pekerjaan selalu dipandang sebagai bentuk beban negara. Pola pikir yang seperti itu sudah keluar dari rel dari kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dan apabila pola pikir seperti itu terus ada maka jangan harap ada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan kuwajiban negara mensejahterakan kehidupan bangsa,” tutupnya.(bp-14)

continue reading

Download Buku Sarinah - Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia

JAN29

Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni!!! Jayaa...
Marhaen!!! Menang...


Buku Sarinah karya Bung Karno membuka ruang pemahaman terhadap posisi kaum perempuan Indonesia. Bung Karno berupaya mengungkapkan makna kemerdekaan dan kesetaraan perempuan “ala” Indonesia, bukan yang lain.


silahkan Kawan-kawan Perjuangan Download Di link Ini

Download Buku SARINAH -Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia

Baca juga : https://www.duniacrypto.online/

continue reading

28 April 2014

Puisi Bunga Dan Tembok

JAN29

BUNGA DAN TEMBOK

Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang tak

Kau hendaki tumbuh 

Engkau lebih suka membangun
 Rumah dan merampas tanah

Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang tak

Kau kehendaki adanya

Engkau lebih suka membangun
 Jalan raya dan pagar besi

Seumpama bunga

Kami adalah bunga yang
 Dirontokkan di bumi kami sendiri

Jika kami bunga

Engkau adalah tembok itu

Tapi di tubuh tembok itu
 Telah kami sebar biji-biji

Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami

Di manapun–tirani harus tumbang!

(Wiji Thukul)

continue reading

Makna Dan Pengertian GmnI

JAN29



Assalamualaikum Wr .Wb
salam sejahtera bagi kita semua


MERDEKA !!!     Merdeka....
GMNI !!!         jaya......
MARHAEN !!!     Menang....

Pengertian GmnI

GmnI lahir dengan identitasnya yang hakiki sebagai Organisasi Kader dan Organisasi Perjuangan yang berlandaskan ajaran Soekarno. Karena itu, dalam aktivitasnya terdapat prinsip-prinsip perjuangan yang harus tetap melekat dalam tubuh GMNI dan menjadi dasar perjuangan GMNI, yakni:
*GMNI berjuang untuk rakyat
*GMNI berjuang bersama-sama rakyat


Makna GmnI

* "GERAKAN" dalam GmnI

GMNI adalah organisasi Gerakan, yang dilakukan oleh sekelompok manusia dengan status “Mahasiswa”, oleh karena itu GMNI disebut juga sebagai “Student Movement”. Gerakan yang dimaksud adalah suatu upaya atau tindakan yang dilakukan secara terencana dengan tujuan melakukan pembenahan/pembaharuan yang meliputi semua aspek kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya dan lain sebagainya, untuk mencapai tujuan perjuangan.

* "MAHASISWA" dalam GmnI 

GmnI sebagai organisasi mahasiswa sehingga yang dapat menjadi anggota GmnI adalah mereka yang berstatus mahasiswa. Namun demikian, bahwa mahasiswa yang menjadi anggota GmnI adalah mereka yang menyetujui tujuan dan cara perjuangan GmnI.

* "NASIONAL" dalam GmnI

GmnI adalah organisasi yang berlingkup nasional. Artinya, bukan organisasi kedaerahan, keagamaan, kesukuan, atau golongan yang bersifat terbatas dan sempit. Makna nasional juga mengandung pengertian bahwa perjuangan GmnI bersifat Kebangsaan/Nasionalisme.

*"INDONESIA" dalam GmnI

GmnI adalah organisasi yang berkedudukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan oleh karenanya, GmnI bertugas dan bertanggung jawab serta mengutamakan keselamatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan seluruh elemen pembentuknya terutama kaum Marhaen. “Indonesia” dalam GmnI juga bermakna sebagai simbol identitas GmnI yang berangkat dari proses kebangsaan Indonesia.


continue reading