30 April 2014

Sumpah Mahasiswa -ospek kampus Stimik Stikom Balikpapan periode (2012-2013)

JAN29

Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni !!!  Jayaa...
Marhaen !!! Menang...
ini aksi Bung Adyt dalam pembacaan sumpah mahasiswa pada ospek tahun 2012-2013 di kampus Stmik Stikom Balikpapan 

Ratusan Mahasiswa sangat antusias serentak dengan lantang mengucap sumpah mahasiswa !!! Merdeka,....


continue reading

Atribut GmnI

JAN29

Sebagai organisasi, GMNI dalam eksistensinya mesti memiliki Atribut yang sifatnya fungsional, sebagai :
- Sarana Pembangkit semangat, sekaligus sebagai simbol fundamental pergerakan melawan Kapitalisme-Liberalisme-Imperialisme Pasar
- Sarana yang memberikan indentitas khusus dalam pergerakan.
Atribut GMNI terdiri dari:
1. Panji/bendera GMNI
2. Lambang/Simbol GMNI
3. Jaket GMNI
4. Peci GMNI
5. Mars GMNI
6. Hymne GMNI

PENJELASAN :
1. Panji/bendera GMNI



Panji/Bendera GMNI berbentuk empat persegi, dengan komposisi warna MERAH - PUTIH - MERAH, tegak vertikal, perbandingan tiap warna masing-masing 1/3 (satu per tiga) dari panjang Panji/Bendera.
Lebar Bendera 2/3 (dua per tiga) dari ukuran Panjang. Pada dasar Putih, terdapat lukisan lambang GMNI (Bintang Merah beserta Kepala Banteng Hitam), serta dibawah bintang tertulis logo GMNI.

2. Lambang/Simbol GMNI


Lambang GMNI berbentuk Perisai bersudut enam, atau tiga sudut diatas, dan tiga sudut dibagian bawah. Komposisi warna dua bidang Merah mengapit bidang Putih, tegak vertikal. Di tengah perisai terdapat lukisan Bintang Merah dengan Kepala Banteng Hitam sebagai pusat. Dibawah Bintang terdapat logo GMNI.
Makna yang terkandung :
-Tiga Sudut atas Perisai melambangkan Marhaenisme
-Tiga Sudut bawah Perisai melambangkang Tri Dharma Perguruan Tinggi
-Warna Merah berarti Berani, warna Putih berarti suci. Makna komposisi : Keberanian dalam menegakkan Kesucian.
-Bintang melambangkan ketinggian cita-cita, serta keluhuran budi.
-Kepala Banteng melambangkan Potensi rakyat Marhaen. Warna Hitam melambangkan keteguhan pendirian dalam mengemban tugas perjuangan.

3. Logo GMNI
Logo GMNI berbentuk tulisan yang terdiri dari empat huruf yaitu huruf "G", "M", "N", "I" dengan komposisi sebagai berikut:
-Huruf "G" yaitu kependekan dari kata "GERAKAN" ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar)
-Huruf "M" yaitu kependekan dari kata "MAHASISWA" ditulis dalam huruf kecil.
-Huruf "N" yaitu kependekan dari kata "NASIONAL" ditulis dalam huruf kecil.
-Huruf "I" yaitu kependekan dari kata "INDONESIA" ditulis dalam huruf Kapital (huruf besar)
Penulisan tadi mengandung makna bahwa, Aspek GERAKAN dan INDONESIA merupakan elemen pokok yang harus ditonjolkan oleh organisasi GMNI, sementara aspek MAHASISWA dan NASIONAL hanya menunjukkan predikat yang mempertegas keberadaan organisasi GMNI.

4. Jaket GMNI
Jaket GMNI berwarna MERAH DARAH, dengan model "Sukarno Look". Pada kantong kiri depan terpasang Lambang GMNI, dan diatas kantong kanan depan terpasang identitas lokasi. Kelengkapan lainnya seperti tanda jabatan, dan lain-lain dipasang sesuai ketentuan organisasi.

5. Peci GMNI
Peci GMNI berwarna HITAM dengan Strip merah di tengahnya, tutup atas juga berwarna merah, pada bagian depan sebelah kiri dipasang lencana (pin) GMNI.

6. Lagu Kebesaran GMNI

Hymne GMNI
(modifikasi dari lagu "Marhaen Menang")

Mahasiswa Indonesia
Bersatulah Segera
Di dalam satu barisan
anti kemiskinan
dalam satu barisan
serasa sama bahagia
Berjuang secara dinamis
di dalam Front Marhaenis

Reff.
Bersama buruh tani, bersama GMNI
Abdi rakyat sejati
Bersatulah segera
Mahasiswa Indonesia

Mars GMNI
(lagu dan lirik : Eros Djarot)

Kami pemuda Indonesia, putra-putri sang fajar
Merah warna darahku, putih warna tulangku
bersih jernih jiwa kita

Kami mahasiswa Indonesia, cinta rakyat merdeka
siap rela berkorban sepenuh jiwa raga
demi nusa dan bangsa

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia
Pejuang Pemikir yang tetap setia
Mengawal Pancasila hingga akhir hayatnya
GMNI.., GMNI.., Jaya...!

Ikrar Prasetya GMNI

Kami, Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, adalah Pejuang Pemikir – Pemikir Pejuang Indonesia dan berdasarkan pengakuan ini, kami mengakui bahwa :
-Kami adalah makhluk ciptaan Tuhan dan bersumber serta bertakwa kepada-Nya.
-Kami adalah Warga Negara Republik Indonesia, yang bersendikan Pancasila dan setia kepada cita-cita Revolusi, 17 Agustus 1945.
-Kami adalah Pejuang Indonesia, yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, lahir dari rakyat yang berjuang dan senantiasa siap sedia berjuang, untuk dan bersama rakyat, membangun masyarakat Pancasila.
-Kami adalah Patriot Indonesia, yang percaya kepada kekuatan diri sendiri, berjiwa optimis dan dinamis dalam perjuangan, senantiasa bertindak setia kepada sesama kawan seperjuangan.
-Kami adalah Mahasiswa Indonesia, penuh kesungguhan menuntut ilmu dan pengetahuan setinggi-tingginya, untuk diabdikan kepada kepentingan rakyat dan kesejahteraan manusia.
Berdasarkan pengakuan-pengakuan ini, demi kehormatan, Kami berjanji, bersungguh-sungguh menjalankan kewajiban, mengamalkan semua pengakuan ini, dalam karya hidup kami sehari-hari.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati niat dan tekad kami.

continue reading

Sejarah Tentang GmnI

JAN29

 

Sejarah Singkat GmnI

Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan 3 (tiga) organisasi kemahasiswaan yang memiliki kesamaan azas yakni “Marhaenisme” ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah:
  • Gerakan Mahasiswa Marhaenis (GMM) yang berpusat di Jogjakarta
  • Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berpusat di Surabaya
  • Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta
Gagasan untuk proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa tersebut mulai muncul, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo.
Dalam rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk melakukan fusi terhadap ketiga organisasi yang se-azas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat respon positif.
Sebagai tindak lanjut, maka dilakukanlah beberapa pertemuan antara ketiga pimpinan organisasi mahasiswa tersebut, hingga tercapailah kesepakatan pada pertemuan berikut yang dilakukan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Bapak. Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai beberapa kesepakatan antara lain: ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi wadah (organisasi) bersama hasil peleburan tiga organisasi, berazaskan Marhaenisme Ajaran Bung Karno sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya.
Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), Dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo, 2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo)
KONGRES I
Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI. Hasil daripada Kongres I adalah pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi. Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai Ketua Umum.
KONGRES II
Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan hasil sebagai berikut:
Konsolidasi internal organisasi, meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-cabang baru di seluruh wilayah NKRI sebagai Ketua Umum DPP GMNI tetap M. Hadiprabowo.
KONGRES III
Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan hasil sebagai berikut:
Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-wilayah lain. Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten / Kota yang ada perguruan tingginya. Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi Presidium. Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo.
Konferensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung Karno memberikan pidato sambutan dengan judul “Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa !”. Diteguhkannya kembali Marhaenisme sebagai asas perjuangan organisasi.

KONGRES IV
Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya:
Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan. Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (sekjen), John Lumingkewas, Waluyo, Sutamto Digjosupato, Lusian Pahala Hutagaul, dll.
Pada Konferensi Besar di Jakarta 1963, Bung Karno memberikan amanat yang pada intinya meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya. Selanjutnya Konferensi Besar di Pontianak 1965 Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum Konferensi Besar, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi bagi pengabdian masyarakat.

KONGRES V
Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam Kongres akibat infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya: mengesahkan kepemimpinan nasional GMNI berupa DPP dengan Ketua Umum Soeryadi dan Sekjen Budi Hardjono.

KONGRES VI
Dilaksanakan tahun 1976 di Ragunan Jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil Kongres ini adalah:
  • Penyatuan faksi-faksi yang ada di GMNI
  • Rekonsiliasi dengan powersharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional
  • Pernyataan independensi GMNI
Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut: Sudaryanto, Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM, Semedi.

KONGRES VII
Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah:
  • Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal
  • Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah
  • Penegasan independensi GMNI
  • Pengurus Presidium: Sutoro SB (Sekjen), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim, Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo.
KONGRES VIII
Berlangsung tahun 1983 di Lembang, Bandung dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Amir Sutoko (Sekjen), Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.

KONGRES IX
Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekjen), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agus Edi Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.

KONGRES X
Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekjen), Agus Edi Santoso, Hendro S. Yahman, Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.

KONGRES XI
Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut:
Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungsional.
Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekjen), Idham Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto, Firmansyah.

KONGRES XII
Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah:
Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul “Sosialis Religius”,“Nasionalis Religius”, dan “Progresive Revolusioner”. Menolak calon tunggal presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI.
Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda (Ketua), A. Baskara (Sekjen), Agus Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin.

KONGRES XIII
Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang tahun 2001.
Presidium hasil Kongres Kupang adalah: Bambang Romada (Ketua), Viktus Murin (Sekjen), Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori Yapani.
Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah sebagai berikut: Sony T. Danaparamita (Sekjen), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bambang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV
Kepengurusan hasil Kongres Kupang meneruskan Kongres XIV di Manado dengan hasil kepengurusan Presidium sebagai berikut: Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekjen), Achmad Suhawi, Marchelino Paliama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata, Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray.
Sementara itu kepengurusan hasil KLB Semarang meneruskan Kongres XIV di Medan, dengan hasil kepengurusan sebagai berikut: Sonny T. Danaparamita (Sekjen), Andri, Dwi Putro Ariswibowo, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasih Tua Purba, Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN)
Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan penyatuan dualisme kepengurusan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai berikut:
  • Penetapan AD/ART baru GMNI
  • Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI
  • Hasil kepengurusan Presidium periode 2006-2008 adalah Deddy Rachmadi (Ketua), Rendra Falentino Simbolon (Sekretaris Jenderal)
Komite-Komite: Dihot Simarmata, Eko Sigit, Inyoman Sukataya, Sapto, Hermanus Tadon, Iwan Moniaga, Bobby Tobing, Ekber L. Watubun, Sri Utami, Syarizal Yusri, Kalamudin, Hari Nazarudin, Imam Yahya, Deysi Marisit, Taufik Ramadhan, Hairul Mumin, Refli Prima.

KONGRES XVI
Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah: Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo Sumarsono, Penegasan sikap politik sebagai berikut:
  • Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli
  • Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria
  • Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun
  • Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU Penanaman Modal
  • Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945
Kepengurusan Presidium periode 2008-2011: Rendra Falentino Simbolon (Ketua), Cokro Wibowo Sumarsono (Sekretaris jenderal). Komite-Komite: Ekber L. Watubun (Komite Organisasi), Tengku Ruly Fachrialsyah (Komite Politik), Robby Sirait (Komite Litbang), Rizky Alfarisi Siregar (Komite Kaderisasi), Bambang Wijaksono (Komite hubungan Luar), Husnul Hidayat (Komite Agiprop), Muhamad (Komite Advokasi), Heny Lestari (Komite Sarinah), Taufik Ramadhan (Komite Pengorganisasian lintas Sektoral), Musriat Hidayat (Komite Pengorganisasian Sumberdaya Pendukung Gerakan), Sugeng Tri Handoko (Komite Pengorganisasian Pelajar dan Mahasiswa).

KONGRES XVII
Kongres XVII dilaksanakan pada tanggal 21 – 28 Maret 2011 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kongres tersebut dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI, Andy Malaranggeng dan dihadiri oleh PPPA GMNI dan beberapa tokoh nasional untuk memberikan sambutan dan ceramah bagi peserta Kongres XVII, diantaranya: Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum (Gubernur Jatim), Drs. Awang Farouk (Gubernur Kaltim), Drs Achmad Basarah (DPR RI), Walikota Balikpapan, Staf Kementrian Pertahanan RI, Prabowo Subianto, Surya Paloh dll.
Proses dialektika dan dinamika dalam forum Kongres XVII sangatlah demokratis, sehingga menegaskan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melakukan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, diantaranya penyeragaman sistem administrasi organisasi secara struktural, penyempurnaan silabus kaderisasi dan pembentukan cabang-cabang baru secara nasional.
Kepengurusan Presidium hasil Kongres XVII adalah sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Syaiful Anam (Sekjend/Pamekasan), Wilhelmus W Hadir (Ende), Markus L Wantania (Manado), Heri Bernad (Purwokerto), Elvis Z Watubun (Ambon), Edy Wijaya (Medan), Hariyadi (Bogor), Iman Munandar (Pekanbaru), Fereddy (Balikpapan), Faradian Ardiani (Malang Raya), Aren Frima (Lubuk Linggau), dan Asef Saefullah (Cirebon).

KONGRES XVIII
Kongres XVIII dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 Juni 2013 di kota Blitar Provinsi Jawa Timur. Kongres XVIII dibuka oleh Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP PA GMNI, Dr. H. Soekarwo, SH, M.Hum.
Kongres XVIII merupakan kongres yang penyelengaraannya sangat berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya. Dalam kongres ini, seluruh elemen masyarakat Blitar dilibatkan mulai dari akomodasi hingga keamanan untuk memastikan keseluruhan rangkaian acara dapat berjalan sesuai rencana. Para peserta kongres menginap di rumah warga, sementara itu kegiatan kongres berlangsung di area Istana Gebang Kota Blitar. Oleh karenanya, Kongres XVIII GMNI di Blitar disebut sebagai Kongres Kerakyatan.
Kongres XVIII berlangsung demokratis dan dinamis yang menghasilkan beberapa keputusan strategis baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kongres mengamanatkan kepada kepemimpinan Presidium berikut untuk melanjutkan pembenahan terhadap sistem keorganisasian, penetapan silabus kaderisasi, penetapan Garis-Garis Besar Pokok Perjuangan GMNI, pembentukan cabang-cabang baru, dan penetapan sikap politik GMNI.
Blitar, Bumi Bung Karno mengilhami lahirnya kepemimpinan Presidium hasil Kongres XVIII sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Manik Suryandaru (Semarang), Ibnu Abdillah (Cirebon), Eva Manurung (Siantar), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), M. Farid (Bekasi), Galih Andreanto (Sumedang). Badan-Badan : Pius Agustinus Bria (Kupang), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto).
Seiring perjalanan waktu, dalam rangka mensinergikan kerja-kerja organisasi, terjadi perubahan komposisi kepengurusan Presidium menjadi sebagai berikut: Twedy Noviady Ginting (Ketua/Sumedang), Bintar L. Pradipta (Sekjend/Jogjakarta), Christine Th.C Walangarei (Manado), Raden Karno Balubun (Manokwari), Wilhelmus W Hadir (Ende), Elvis Z Watubun (Ambon), Rofingatun Khasanah (Purwokerto), Eviyanti Kumala Dewi Batubara (Batam), Ibnu Abdillah (Cirebon), Yusrianto (Tangerang), Dedy Tri Rahmad (Denpasar), Pius Agustinus Bria (Kupang), Muhammad Derajad (Pasuruan), Hari Suhud (Garut), Amilan Hatta (Sumbawa). Badan-Badan: Pius Agustinus Bria (Kupang/rangkap), Rolando Parulian Tamba (Purwokerto), Muhammad Derajad (Pasuruan/rangkap).

continue reading

Download lagu-lagu Gmni dan lagu-lagu Wajib

JAN29

Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni!!! Jayaa...
Marhaen!!! Menang...

kawan-kawan perjuangan se-bangsa dan se-tanah air pejuang pemikir - pejuang pemikir silahkan download sesuka hati lagu-lagu postingan kami :)

Totalitas Perjuangan

Soekarnoisme- Mars Gmni I

Darah Juang

Hidup Buruh

Indonesia ya :)

Buruh Tani

Indonesia Mengadu 

widji thukul-apaguna

maaf ya kawan-kawan sementara ini dulu nanti akan di update lagi :)

Baca juga : https://www.duniacrypto.online/

continue reading

29 April 2014

Aku Melihat Indonesia - Bung Karno

JAN29





Aku Melihat Indonesia
Djikalau aku melihat gunung gunung membiru
Aku melihat wadjah Indonesia
Djikalau aku mendengar lautan membanting di pantai bergelora
Aku mendengar suara Indonesia
Djikalau aku melihat awan putih berarak di angkasa
Aku melihat keindahan Indonesia
Djikalau aku mendengarkan burung perkutut dipepuhunan
Aku mendengarkan suara Indonesia

Djikalau aku melihat matanja rakjat Indonesia di pinggir djalan
Apalagi sinar matanja anak anak ketjil Indonesia
Aku sebenarnja melihat wadjah Indonesia

continue reading

Puisi GUS MUS " AKU HARUS BAGAIMANA "

JAN29

“Kau Ini Bagaimana Atau Aku Harus Bagaimana”
Kau ini bagaimana
Kau bilang aku merdeka, kau memilihkan untukku segalanya
Kau suruh aku berpikir, aku berpikir kau tuduh aku kapir


Aku harus bagaimana
Kau bilang bergeraklah, aku bergerak kau curigai
Kau bilang jangan banyak tingkah, aku diam saja kau waspadai
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku memegang prinsip, aku memegang prinsip kau tuduh aku kaku
Kau suruh aku toleran, aku toleran kau bilang aku plin-plan
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh maju, aku mau maju kau selimpung kakiku
Kau suruh aku bekerja, aku bekerja kau ganggu aku
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku taqwa, khotbah keagamaanmu membuatku sakit jiwa
Kau suruh aku mengikutimu, langkahmu tak jelas arahnya
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh menghormati hukum, kebijaksanaanmu menyepelekannya
Aku kau suruh berdisiplin, kau menyontohkan yang lain
Kau ini bagaimana
Kau bilang Tuhan sangat dekat, kau sendiri memanggil-manggilNya dengan pengeras suara setiap saat
Kau bilang kau suka damai, kau ajak aku setiap hari bertikai
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh membangun, aku membangun kau merusakkannya
Aku kau suruh menabung, aku menabung kau menghabiskannya
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku menggarap sawah, sawahku kau tanami rumah-rumah
Kau bilang aku harus punya rumah, aku punya rumah kau meratakannya dengan tanah
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
-1987-

continue reading

BUKU SUKARNO : Penjambung Lidah Rakjat

JAN29


Assalamualaikum Wr.Wb
Salam Sejahtera bagi kita semua
Merdeka!! merdeka...
Gmni !!!  Jayaa...
Marhaen !!! Menang...

Buku ini pertama kali diterbitkan di Amerika Serikat tahun 1965 oleh penerbit The Boobs – Merril Company Inc. dengan judul Sukarno: An Autobiography As Told To Cindy Adams yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh penerbit PT Gunung Agung dan terbit di Indonesia tahun 1966.
Buku yang ditulis oleh seorang jurnalis dari Amerika, Cindy Adams ini menceritakan kisah hidup Bung Karno sejak ia masih kanak – kanak hingga menjadi seorang Pemimpin Besar Revolusi Indonesia dan dituturkan sendiri dengan sudut pandang orang pertama, yaitu oleh Presiden Sukarno. Karena buku setebal 470 halaman dengan 33 bab ini adalah hasil penuturan Bung Karno sendiri. Saat penulisan buku ini dalam rentang waktu tahun 1964–1965, Bung Karno memberi kebebasan bagi Cindy Adams sang penulis untuk melakukan wawancara dengan orang – orang dekat Bung Karno demi memberi perspektif yang nyata.
Selamat membaca Buku BUNG KARNO – PENJAMBUNG LIDAH RAKJAT INDONESIA melalui link berikut:

Download Buku Bung Karno : Penjambung Lidah Rakjat  Indonesia

continue reading